Minggu, 30 Desember 2012

Teknik konseling dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)


PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
Peran konselor dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah;
·              Aktif-direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelaskan terutama pada awal konseling
·              Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
·              Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri
·              Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli
·              Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi
·              Bersifat didaktif (George & Cristiani, 1990, p. 86).


Dalam melaksanakan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), konselor diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang baik karena Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) banyak didominasi oleh teknik-teknik yang menggunakan pengelolaan verbal. Selain itu, secara umum konselor harus memiliki keterampilan untuk membagun hubungan konseling. Adapun keterampilan konseling yang harus dimiliki konselor yang akan menggunakan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), adalah sebagai berikut:
·           Empati (empathy)
·           Menghargai (respect)
·           Ketulusan (genuineness)
·           Kekongkritan (concreteness)
·           Konfrontasi (confrontation) (Walen et. al., 1992, pp. 59-63).

TAHAP-TAHAP KONSELING

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)  menbantu konseli mengenai dan memahami perasaan, pemikiran dan tingkah laku yang irasional. Dalam proses ini konseli diajarkan untuk menerima perasaan, pemikiran dan tingkah laku tersebut diciptakan dan diverbalisasi oleh konseli sendiri. Untuk menngatassi hal tersebut, konseli membutuhkan konselor untuk membantu dan mengatasi hal tersebut, konseli membutuhkan konselor untuk membantu mengatasi permasalahannya. Dalam proses konseling dengan pendekatan REBT terdapat beberapa tahap yang dikerjakan oleh konselor dan konseli.

Tahap 1

Prosese di mana konseli diperhatikan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.

Tahap 2

Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut rdapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pemikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.

Tahap 3

Tahap skhir ini konseli dibantu intuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak dalam masalah yang dinyebabkanoleh pikiran irasional (George & Cristiani, 1990, pp. 85-86).

Tahap-tahap konseli ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. Tahap-tahap ini menggambarkan keseluruhan pross konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli. Darri tahap-tahap terdapat dua tugas utama konselor yaitu:
·              Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun rappport, dan suasana yang kolaboratif
·              Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi, mengadakan proses asasmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan konseling (walen et. al., 1992, p. 39).

Secara khusus, terdapat beberapa langkah intervensikonseling dengan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), yaitu:
1.             Bekerja sama dengan konseli (engage with client)
·           Membangun hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan megembangkan empati, kehangatan cdan penghargaan.
·           Memperhatikan tentang “secondary disturbances” atau hal yang menggangu konseli yang mendorong konseli mencari bantuan.
·           Memperlihatkan kepada  konseli yang mendorong konseli mencapai bantuan.
·           Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan perubahan yang bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan konseling.
2.             Melakukan asesmen terhadap masalah, orang dan situasi (assess the problem, person and situation).
·           Mulai dengan mengidentifikasikan pandangan-pandangan tentang apa yang  menurut konseli salah.
·           Perhatikan bagaimana perasaan konseli mengalami masalah ini.
·           Laksanakan asesmen secara umum dengan mengidentifikasikan latar belakang personal dan sosial, kedalaman, masalah, hubungan dengan pribadian individu, dan sebab-sebab non-psikis seperti: kondisi fisik, lingkungan dan penyalahgunaan obat.
3.             Mempesiapkan konseli untuk terapi (prepare the client for therapy)
·           Mengklasifikasikan dan menyetujui tujuan konseling dan motivasi konseli untuk berubah.
·           Mendiskusukan pendekatan yang akan digunakan dan implikasinya.
4.             Mengimplementasikann program penanganan (implement the treatment program)
·           Menganalisis episode spesifik di mana inti masalah itu terjadi, menemukan keyakinan-keyakinan yang terlibat dalam masalah, dan mengembangkan homework
·           Mengembangkan tugas tugas tingkah laku untuk mengurangi ketakutan atau modifikasi tingkah laku
·           Menggunakan teknik-teknik tambahan yang diperlukan.
5.             Mengevaluasi kemajuan (evaluate progrees)
Pada menjelang akhir intervensi konselor memastikan apakah konseli mencapai perubahan yang signifikan dalam berpikir atau perubahan tersebut disebabkan oleh faktor lain.
6.             Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri konseling (prepare the client for termination)
Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri proses konseling dengan menguatkan kembali hasil yang sudah dicapai. Selain itu, mempersiapkan konseli untuk dapat menerima apa adanya  kkemungkkinan kemunduran dari hasil yang telah dicapai atau kemungkinan mengalami masalah dikemudian hari (Froggatt, 2005, p. 5-6).

TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Dalam proses konseling, konselor mengidentifikasikan pikiran-pikiran yang irasional konseli. Terdapat tujuh faktor yang dapat digunakan untuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:

1.             Lihat pada generalisasi yang berlebihan (overgeneralisation), seperti: “saya mendapatkan nilai 50 pada mata pelajaran matematika, maka saya memang tidak bisa matematika”.
2.             Lihat pada distorsi (distortion), kadang-kadang mengacu pada pikiran yang beranggapan tentang keseluruhan atau tidak sama sekali (all or nothing thinking), berpikir hitam putih, semua baik atau semua buruk, seperti: saya tidak dapat nilai A pada mata kuliah, lihatt saja KRS saya, saya memang bukan mahasiswa yang baik”.
3.             Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion), yaitu tendensi untuk berfokus pada kejadian negatif dan menghapus kejadian positif, seperti: “saya kalah dua kali dan menang satu kali pada permainan berikutnya, saya pasti kalah”.
4.             Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana (catastrophsing), yaitu kesalahan yang dilebih-lebihkan dan keberhasilan yang dikecilkan, seperti: “saya Cuma beruntung mendapatkan nilai A”.
5.             Lihat pada penggunaan kata-kata absolut seperti harus, selalu, tidak boleh, tidak pernah. “saya tidak boleh berbuat kesalahn”.
6.             Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka tidak dapat menahanya, sepert: “dia seharusnya dihukum dan tidak diperbolehkan begitu saja.”
7.             Lihat pada ramalan (fortune telling) atau prediksi masa depa, seperti: “saya hanya tahu bahwa teman saya tidak akan senang dengan pesta saya.”  

Mengubah pikiran  adalah treatment utama Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), hal ini terjadi pada dispute. Dispute adalah mendebat atau menantang keyakinan yang irasional yang dapat berupa pikiran, imajinasi, dan tingkah laku (walen et. al., 1992, p. 156). Dispute terdiri dari dua tahap yaitu:
·           Menelaah dan menantang pikiran irasional yang sekarang yang diyakini konseli
·           Mengembangkan mode berpikir baru yang lebih fuungsional (walen et. al., 1992, p. 156).

Teknik konselinng dengan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teknik kognitif, teknik imageri dan teknik behavioral atau tingkah laku.

Teknik Kognitif
Dispute Kognitif (cognitive disputation)
Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, socratic dialogue, vicarious expenriences, dan berbagai ekspersi verbal lainya. Eknik untuk menggunakan cognitive disputation adalah dengan bertanya (questioning).
·                Pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan dispute logis:
Apakah itu logis? Apa benar begitu? Mengapa tidak? Mmengapa harus begitu? Apa yang kamu maksud dengan kalimat itu? Mengapa itu perkataan yang tidak  benar? Apakah itu bukti yang kuat? Jelaskan kepada saya kkenapa... mengapa harus begitu? Di mana aturan itu tertulis? Apakah kamu bisa melihat ketidak konsistenan keyakinan kamu? Mengapa kamu harus begitu? Sekarang kita lihat kembali, kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang mengapa kamu harus tidak melakukan itu?
·                Pertanyaan untuk reality testing:
Apa buktinya, apa yang terjaddi kalau... mari kita bicara kenyataanya. Aapa yang dapat diartikan dari cerita kamu tadi? Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat menakutkan/menyakitkan.
·                Pertanyaan untuk pragmatic disputation
Selama kamu meyakini hal tersebut, akan bagaimana perasaan  kamu? Apakah ini berharga untuk dipertahankan? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir demikian? (Walen et. al., 1992, pp. 156-164).

Analisis rasional (rational analysis)
Teknik untuk mengajarkan kkonseli bagaimana membuka dan mendebat keyakinan irasional (Froggatt, 2005, p. 6).

Dispute standard ganda (double-standard dispute)
Mengajarkan konseli melihat dirinya memeiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar (Froggatt, 2005, p. 6).

Skala katastropi (catastrophe scale)
Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitinya. Misalnya: dari 100% buatlah prosentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi prosentasenya sampai yang paling rendah (Froggatt, 2005, p. 6).

Devil’s advocate atau rational role reversal
Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi  konseli yang rasional, konseli melawan keyakinan rasional yang diverbalisasikan (Froggatt, 2005, p. 7; Walen et. al., 1992, p. 170).

Membuat frame ulang (reframing)
Mengavaluasi kembali hal-hal yang mengcewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah Frame berpikir konseli (Froggatt, 2005, p. 7).

Teknik Imageri
Dispute imajinasi (imaginal disputation)
Strategi imaginal disputation meliibatkan penggunaan imageri. Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakan emosinya telah berubah. Bila ya, maka konselor meminta konseli untuk mengatakan pada dirinya sebagai individu yang berpikir lebih rasional dan mengulang kembali proses  di atas. Bila belum maka keyakinan irasionalnya masih ada (Walen et. al., 1992, P. 165).

Kartu kontrol emosional (the emotional control card)
Adalah alat yang dapat membantu konseli menguatkan dan memperluas parakti Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT). ECC biasa digunakan untuk memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah (anger) kritik diri (self-criticism), kecemasan(anxiety), dan depresi (depression). ECC berisi dua katagori perasaan paralel, yaitu (1) perasaan yang tidak seharusnya atau yang merusak diri sendiri dan (2) perasaan yang sesuai dan tidak merusak diri (Gladding, 1992, p. 120).

Proyeksi waktu (time projection)
Meminta konseli untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi, setelah itu membayangkan seminggu kemudian, sebulan kemudian, ennam bulan kemudian, setahun kemudian, dan seterusnya. Bagaimana konseli merasakan perbedaan tiap waktu yang dibayangkan. Konsli dapat melihat bahwa hidup berjalan terus dan membutuhkan penyesuaian (Froggatt, 2005, p).

Teknik melebih-lebihkan (the “blow-up” technique)
Adalah variasi dari teknik “worst case imagery”. Meminta konseli membayangkan kejadian yang menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian berlebih-lebihannyasampai pada taraf yang paling tinggi. Hal ini bertujuan agar konseli dapat mengontrol ketakutannya (Froggatt, 2005, p. 7).

Teknik Behavioral
Dispute tingkah laku (behavioral disputation)
Behavior dispute atau risk taking,  yaitu memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang mengalami kejadian yang menyebabkan berpikir irasional dan melawan keyakinan tersebut. Contoh, bila konseli memiliki keyakinan bahwa ia harus sesempurna mengerjakan tugas, maka konseli diminta untuk mengerjakan tugas seadanya (Walen et. al., 1992, p. 169).

Bermain peran (role playing)
Dengan bantuan konselor konseli melakukan role player tngkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang rasional.

Peran rasional terbalik (rational role reversal)
Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan irasional yang diverbalisasikan. (Walen et. al., 1992, pp. 169-170).

Pengalaman langsung (exposure)
Konseli secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini dilakukan melalui perencanaan dan penerapan keterampilan mmengatassi masalah (coping skill) yang telah dipelajari sebelumnya (Froggatt, 2005, p. 7).

Menyerang rasa malu (shame attacking)
Melakukan konfrontasi terrhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku yang memalukan dan menguundang ketidaksetujuanlingkungan sekitar. Dalam hal ini konseli diajarkan menggelola dan mengantisipasi perasaaan malunya (Froggatt, 2005, p. 7).

Pekerjaan rumah (homework assignments)
Selain melakukan disputation  secara verbal, Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) juga mengunakan homework assignments (pekerjaan rumah) yang dapat digunakan sebagai self-help work. Terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakaukan dalam homework assignments yaitu: membaca, mendegarkan, menulis, mengimajinasikan, berpikir, relaksasi dan distraction, serta aktivitas (Walen et, al., 1992, p. 255).


Referensi :
Komalasari,gantika dkk. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta. Indeks. 2011.

3 komentar: