Minggu, 30 Desember 2012

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)


SEJARAH

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tengah tahun 1950an yang menekankan pada pentingnya peran pikiran pada tingkah laku (Corey, 1995, p. 381). Pada awalnya pendekatan ini disebut dengan Rational Therapy (RT). Kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengaganti nama Rational-Emotive Therapy (RET) menjadi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) (Nelson-Jones, 1995, p.381).

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan pendekatan kognitif-behavioral. Pendekatan ini merupakan perkembangan dari pendekatan behavior. Dalam proses konselingnya, Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) berfokus penanganan pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pemikiran individu. Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang membelajarkan kembali konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional, mencoba mengubah pikiran konseli agar membiarkan pikiran irasionalnya atau belajar mengantrisipasi manfaat atau konsekuaensi dari tingkah laku (George & Cristiani, 1990, p. 81).
Kata Ratioanal yang dimaksud Ellis adalah kognisi atau proses berpikir yang efektif dalam membantu diri sendiri (self helping) bukan kognisi yang valid secara emperis dan logis. Menurut Ellison, ratioanalitas individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau pilihan atau berdasarkan emosi dan perasaannya (Nelson-Jones, 1995, p. 309). Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan (Nelson-Jones, 1995, p. 309).

KONSEP DASAR
Asumsi Dasar
Ellis (1993) mengatakan bebeapa asumsi dasar REBT yang dapat dikatagorisasikan pada beberapa postulat, antara lain:
·              Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
·              Gangguan emosional disebabkan oleh faktor biologis dan lingkungan.
·              Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara sengaja mempengaruhi orang lain disekitanya.
·              Manusia menyakiti diri sendiri dengan kognitif, emosional, dan tingkah laku. Individu sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.
·              Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut.
·              Keyakinan irasioanal menjadi penyebab gangguan kepribadian individu.
·              Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya.
·              Ketika individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri (self-defeating behavior) (Corey, 1995, p. 382-383).
Menurut Nelson dan Jones (1995) pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) memiliki tiga hipotesis fundamental yang menjadi landasan berfikir darai teori ini, yaitu:
·           Pikiran dan emosi saling berkaitan.
·           Pikirann dan emosi biasanya saling mempengaruhi satu sama lain, keduanya bekerja seperti lingkaran yang memiliki hubungan sebab akibat, dan pada poin terrtentu pikiran dan emosi menjadi hal yang sama.
·           Pikiran dan emosi cenderung berperan dalam self-talk (perbincangan dalam diri individu sehingga menjadi pikirann dan emosi). Sehingga pernyataan internal individu sangat berarti dalam menghasilkan dan memodifikasi individu (nelson-Jones, 1995, p. 313).

Menurut ellis, terdapat enam prinsip teori Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), antara lain:
·           Pikiran adalah penentu proksimal yang paling penting terhadap emosi individu.
·           Disfungsi berpikir adalah penentu utama stres emosi.
·           Cara terbaik untuk mengatasi stress adalah dengan mengubah cara berpikir.
·           Percaya atas berbagai faktor yaitu pengaruh genettik dan lingkungan yang menjadi penyebab pikiran irasional.
·           Menetukan pada masa sekarang (present) dari pada pengaruh masa lalu.
·           Perubahan tidak terjadi dengan mudah (Walen et. al., 1992, p. 15-16).

Proses Berpikir
Menurut pandangan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), individu memiliki tiga tingkatan berpikir, yaitu berpikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti (inferences), mengadakan penilaian terhadap fakta dan bukti (evaluatian), dan keyakinan terhadap proses inferences dan evaliasi (core belif) (forggatt, 2005, p. 4). Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah-masalah emosinal adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah irrational belief yang dapat dikatagorikan menjjadi empat, yaitu
·              Demands (tuntutan) adalah atau ekspetasi yang tidak realistis dan absolut terhadap kejadian atauu iindividu yang dapat dikenali dengan kata-kata seperti, harus, sebainya, dan lebih baik.
·              Awfulising adalah cara berlebih-lebihan konsekuensi negatif dari suatu situasi sampai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak menguntungkan menjadi kejadian yang menyakitkan.
·              Low frustation tolerance (LFT) adalah kelanjutan dari tuntutan untuk selalu berada dalam kondisi nyaman dann merefleksikan ketidaktoleransian terhadap ketidaknyammanan.
·              Global evaluations of human worth, yaitu menilai keberhargaan diri sendiri dan orang lain. Hal ini bermakna bahwa individu dapat diberi peringkat yang berimplkasi bahwa pada asumsi beberapa orang lebih buruk atau tidak berharga dari yang lain (Walen et. al., 1992, pp. 17-18).

Selanjutnya, Ellis membagi pikiran individu dalam tiga tingkatan, yaitu: dingin (cool), hangat  (warm), dan panas (hot), yang mengilustrasikan bagaimana emosi terintegrasi dalam pikiran. Pikiran dingin (cool) adalah pikiran yang bersifat deskriptif dan mengandung sedikit  emosi, sedangkan pikkiran yang hangat (warm) adalah pikiran yang mengarahkan pada satu prefensi atau keyakinan rasional, pikiran ini mengandung unsur evaluasi yang mempengaruhi pembentukan persaan. Adapun pikiran yang panas (hot) adalah pikiran yang mengandung unsur evaluasi yang tinggi dan penuh dengan perasaan (Nelson-Jones, 1995, p. 313).

Rasionalitas sebagai Filosofi Personal (Rationality as a Personal Philosopy)
Individu memiliki personal aturan-aturan atau filosofi hidup yang dipangaruhi oleh pola asuh, ajaran agama, prinsip umum hidup atau opini yang dipegang teguh secara umum. Karena dipegang teguh secara dogmatik, prinsip ini dipaksakan secara kakudaaspat menjadi masalah bagi individu yang menghambat pencapaian tujuan untuk kesenangan dan bertahan hidup. Prinsip-prinsip ini yang menjadi fokus untuk di ubah (walen et. al., 1992, p. 13). Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) membantu individu untuki mengembangkan filosofi hidup yang baru yang dapat membantu mengurangi sterss dan meningkatkan kebahagiaan. Pandangan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) bahwa individu dapat memiliki untuk menyakiti diri sendiri dengan pikiran yang tidak logis dann tidak ilmiah atau mengembangkan kebahagiaan hidup dengan berpikir rasional berdasarkan bukti-bukti dan fakta. Tujuan-tujuan prinsip rasional adalah untuk meningkatkan keyakkinan dan kebiasaan yang sesuai dengan prinsip untuk bertahan hidup, mencapai kepuasaan dalam hidup, berhubungan dengan orang lain dengan cara yang positif, dan mencapai keterlibatan yang intim dengan beberapa orang.

Teori ABC
Teori ABC adalah teori tentang kepribadian individu  dari sudut pandang Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), kemudin ditambahkan D dan E untuk mengakomodikasi perubahan tersebut.
A (activating events in a person’s life): peristiwa atau kejadian yang mengaktifkan
B (beliefs): keyakinan yang rasional(rb) atau irasional (ir)
C ((consequences): konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku
Lalu ditambah D (disputing irrational) melakukan perlawanan terhadap keyakinan irasional lalu
E (effective new philosophy of life) atau mengembangkan filosofi, keyakinan-keyakinan  baru yang positif.

Referensi : Komalasari,gantika dkk. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta. Indeks. 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar