SEJARAH
Rational-Emotive Behavior
Therapy (REBT) adalah
pendekatan yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tengah tahun 1950an yang
menekankan pada pentingnya peran pikiran pada tingkah laku (Corey, 1995, p.
381). Pada awalnya pendekatan ini disebut dengan Rational Therapy (RT). Kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis
mengumumkan bahwa ia mengaganti nama Rational-Emotive
Therapy (RET) menjadi Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) (Nelson-Jones, 1995, p.381).
Rational-Emotive Behavior
Therapy (REBT) merupakan
pendekatan kognitif-behavioral. Pendekatan ini merupakan perkembangan dari
pendekatan behavior. Dalam proses konselingnya, Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) berfokus penanganan pada
pendekatan Rational-Emotive Behavior
Therapy (REBT) adalah pemikiran individu. Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang
membelajarkan kembali konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan
gangguan emosional, mencoba mengubah pikiran konseli agar membiarkan pikiran
irasionalnya atau belajar mengantrisipasi manfaat atau konsekuaensi dari
tingkah laku (George & Cristiani, 1990, p. 81).
Kata Ratioanal yang dimaksud
Ellis adalah kognisi atau proses berpikir yang efektif dalam membantu diri
sendiri (self helping) bukan kognisi yang valid secara emperis dan logis.
Menurut Ellison, ratioanalitas individu bergantung pada penilaian individu
berdasarkan keinginan atau pilihan atau berdasarkan emosi dan perasaannya
(Nelson-Jones, 1995, p. 309). Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan alasan bahwa
tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan (Nelson-Jones, 1995, p.
309).
KONSEP DASAR
Asumsi Dasar
Ellis (1993) mengatakan bebeapa asumsi dasar REBT yang dapat
dikatagorisasikan pada beberapa postulat, antara lain:
·
Pikiran,
perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain.
·
Gangguan
emosional disebabkan oleh faktor biologis dan lingkungan.
·
Manusia
dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara
sengaja mempengaruhi orang lain disekitanya.
·
Manusia
menyakiti diri sendiri dengan kognitif, emosional, dan tingkah laku. Individu
sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.
·
Ketika
hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan
yang irasional tentang kejadian tersebut.
·
Keyakinan
irasioanal menjadi penyebab gangguan kepribadian individu.
·
Sebagian
besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan
mempertahankan gangguan emosionalnya.
·
Ketika
individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri (self-defeating behavior)
(Corey, 1995, p. 382-383).
Menurut Nelson dan Jones (1995) pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) memiliki tiga hipotesis
fundamental yang menjadi landasan berfikir darai teori ini, yaitu:
·
Pikiran
dan emosi saling berkaitan.
·
Pikirann
dan emosi biasanya saling mempengaruhi satu sama lain, keduanya bekerja seperti
lingkaran yang memiliki hubungan sebab akibat, dan pada poin terrtentu pikiran
dan emosi menjadi hal yang sama.
·
Pikiran
dan emosi cenderung berperan dalam self-talk
(perbincangan dalam diri individu sehingga menjadi pikirann dan emosi).
Sehingga pernyataan internal individu sangat berarti dalam menghasilkan dan
memodifikasi individu (nelson-Jones, 1995, p. 313).
Menurut ellis, terdapat enam prinsip teori Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT), antara lain:
·
Pikiran
adalah penentu proksimal yang paling penting terhadap emosi individu.
·
Disfungsi
berpikir adalah penentu utama stres emosi.
·
Cara
terbaik untuk mengatasi stress adalah dengan mengubah cara berpikir.
·
Percaya
atas berbagai faktor yaitu pengaruh genettik dan lingkungan yang menjadi
penyebab pikiran irasional.
·
Menetukan
pada masa sekarang (present) dari
pada pengaruh masa lalu.
·
Perubahan
tidak terjadi dengan mudah (Walen et. al., 1992, p. 15-16).
Proses Berpikir
Menurut
pandangan pendekatan Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT), individu memiliki tiga tingkatan berpikir, yaitu
berpikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti (inferences), mengadakan penilaian
terhadap fakta dan bukti (evaluatian),
dan keyakinan terhadap proses inferences dan evaliasi (core belif) (forggatt,
2005, p. 4). Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya
masalah-masalah emosinal adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
adalah irrational belief yang dapat
dikatagorikan menjjadi empat, yaitu
·
Demands (tuntutan) adalah atau ekspetasi yang tidak realistis
dan absolut terhadap kejadian atauu iindividu yang dapat dikenali dengan
kata-kata seperti, harus, sebainya, dan lebih baik.
·
Awfulising adalah cara berlebih-lebihan konsekuensi negatif dari
suatu situasi sampai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak
menguntungkan menjadi kejadian yang menyakitkan.
·
Low frustation tolerance (LFT) adalah kelanjutan dari tuntutan untuk
selalu berada dalam kondisi nyaman dann merefleksikan ketidaktoleransian
terhadap ketidaknyammanan.
·
Global evaluations of human worth, yaitu menilai keberhargaan diri sendiri dan
orang lain. Hal ini bermakna bahwa individu dapat diberi peringkat yang
berimplkasi bahwa pada asumsi beberapa orang lebih buruk atau tidak berharga
dari yang lain (Walen et. al., 1992, pp. 17-18).
Selanjutnya, Ellis membagi pikiran individu dalam tiga tingkatan,
yaitu: dingin (cool), hangat (warm), dan
panas (hot), yang mengilustrasikan bagaimana emosi terintegrasi dalam pikiran.
Pikiran dingin (cool) adalah pikiran yang bersifat deskriptif dan mengandung
sedikit emosi, sedangkan pikkiran yang
hangat (warm) adalah pikiran yang mengarahkan pada satu prefensi atau keyakinan
rasional, pikiran ini mengandung unsur evaluasi yang mempengaruhi pembentukan
persaan. Adapun pikiran yang panas (hot) adalah pikiran yang mengandung unsur
evaluasi yang tinggi dan penuh dengan perasaan (Nelson-Jones, 1995, p. 313).
Rasionalitas sebagai Filosofi Personal (Rationality
as a Personal Philosopy)
Individu
memiliki personal aturan-aturan atau filosofi hidup yang dipangaruhi oleh pola
asuh, ajaran agama, prinsip umum hidup atau opini yang dipegang teguh secara
umum. Karena dipegang teguh secara dogmatik, prinsip ini dipaksakan secara
kakudaaspat menjadi masalah bagi individu yang menghambat pencapaian tujuan
untuk kesenangan dan bertahan hidup. Prinsip-prinsip ini yang menjadi fokus
untuk di ubah (walen et. al., 1992, p. 13). Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) membantu individu untuki mengembangkan filosofi
hidup yang baru yang dapat membantu mengurangi sterss dan meningkatkan
kebahagiaan. Pandangan Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) bahwa individu dapat memiliki untuk menyakiti diri
sendiri dengan pikiran yang tidak logis dann tidak ilmiah atau mengembangkan
kebahagiaan hidup dengan berpikir rasional berdasarkan bukti-bukti dan fakta.
Tujuan-tujuan prinsip rasional adalah untuk meningkatkan keyakkinan dan
kebiasaan yang sesuai dengan prinsip untuk bertahan hidup, mencapai kepuasaan
dalam hidup, berhubungan dengan orang lain dengan cara yang positif, dan
mencapai keterlibatan yang intim dengan beberapa orang.
Teori ABC
Teori ABC
adalah teori tentang kepribadian individu
dari sudut pandang Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT), kemudin ditambahkan D dan E untuk mengakomodikasi
perubahan tersebut.
A (activating events in a person’s life): peristiwa atau kejadian yang mengaktifkan
B (beliefs): keyakinan yang rasional(rb)
atau irasional (ir)
C ((consequences): konsekuensi baik
emosional maupun tingkah laku
Lalu
ditambah D (disputing irrational) melakukan
perlawanan terhadap keyakinan irasional lalu
E (effective new philosophy of life) atau
mengembangkan filosofi, keyakinan-keyakinan
baru yang positif.
Referensi
: Komalasari,gantika
dkk. Teori dan Teknik Konseling.
Jakarta. Indeks. 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar